Senin, 27 Agustus 2012

Jenderal Besar Yue Fei
(Era kejayaan Dinasti Song)


Makam dan kuil memorial Jenderal Yue Fei

Sejarah China yang telah berlangsung sekitar 5.000 tahun lamanya, banyak jenderal ternama yang brillian bagaikan bintang, namun dalam membahas jenderal paling jarang ditemukan dalam ribuan tahun itu, penulis mengedepankan Yue Wumu (nama asli: Yue Fei).
 

Yue Fei (1103-1142, Yue Wumu adalah gelar yang diberikan oleh kaisar periode sesudahnya, bermakna: Yue dengan ilmu kemiliteran yang penuh kemegahan) yang tak memiliki latar belakang keluarga terpandang mengawali karirnya.

Ia dari prajurit biasa naik pangkat hingga gubernur militer regional yang mumpuni, sampai akhirnya pada puncak karirnya menjabat sebagai deputi departemen rahasia negara (setara dengan wakil pimpinan Komisi Sentral Militer zaman kini di RRC), salah satu dari empat jenderal pembangkit kejayaan Dinasti Song Selatan (1127-1279), mutlak bukan mengandalkan keberuntungan dan peluang jodoh.
 

Pertama
Yue Fei mendayagunakan tentaranya bagaikan malaikat, kecerdikannya yang luar biasa, seumur hidupnya mengalami 126 kali pertempuran, ada pertempuran formasi, pertempuran liar, pertempuran perbukitan, pertempuran liat, pertempuran air, pertempuran defensif dan beraneka penggunaan taktik yang menakjubkan.

Ia belum pernah terkalahkan, betul-betul seratus kali perang tak pernah kalah, berperang tidak terpancang pada satu pola saja dan mengutamakan "Seni berperang yang tinggi", "Pasukan Marga Yue" bentukannya malang melintang di seantero negeri, telah melahirkan banyak sekali peperangan klasik dengan menggunakan pasukan dalam jumlah minimal mengalahkan jumlah lebih besar.
 

Suatu kali perang di Gunung Niu Tou, beberapa ribu Pasukan Marga Yue mengakibatkan beberapa puluh ribu mayat serdadu pasukan Jin (baca: cin, penyerang dari utara yang memusuhi Dinasti Song Selatan) bergelimpangan sepanjang puluhan kilometer, dan berhasil merebut kembali Kota Jian Kang.
 

Sewaktu melawan Cao Cheng yang memimpin pasukan sebanyak 100.000 orang dan bercokol di bukit Feng Tou, Yue Fei hanya mengandalkan 8.000 prajurit, selain Cao Cheng lebih unggul dalam jumlah tentara, juga menduduki kontur tanah menguntungkan, tetapi Yue Fei toh tetap berhasil "dalam sekali gempur, telah mendobrak gerombolan itu berulang-kali".
 

Ketika mengadakan operasi penumpasan terhadap sepasukan pembelot terbesar yakni Yang Mo dari Danau Dong Ting, juga hanya membutuhkan 8 hari telah menyelesaikan tugas yang oleh jenderal lain telah menghabiskan waktu bertahun-tahun, padahal waktu itu Pasukan Marga Yue tidak melebihi 10.000 orang, sedangkan Yang Mo memiliki 100.000 prajurit.
 

Sewaktu perang perebutan 6 wilayah di Xiang Yang, Yue Fei memimpin 30.000 lebih tentara telah mendobrak pasukan gabungan Jin dan Han yang  berkekuatan 100.000 lebih tentara serta beberapa kali berperang sebanyak itu pula kemenangan diraih.
 

Perang Yan Cheng yang klasik adalah dengan kekuatan pasukan hanya beberapa ribu orang telah berhasil mengecoh lawan dan memusnahkan pasukan berkuda lengkap yang berjumlah 15.000 orang pasukan elit yang berjumlah beberapa kali lipat dari kekuatan pasukannya sendiri.
 

Perang di Xiao Shang He, 300 orang Pasukan Marga Yue yang dipimpin jendral Yang Zaixing, di bawah kepungan berat pasukan musuh yang berjumlah beberapa puluh ribu orang, sanggup bertahan dan tidak panik walau dalam bahaya, meski semuanya gugur.

Tapi telah berhasil mencipta rekor langka yakni menghabisi 2.000 tentara musuh (termasuk seratus lebih jenderal) yang kemudian pasukan Jin tersebut dihancurkan oleh Pasukan Marga Yue dibawah pimpinan Zhang Xuan dengan beberapa ribu Pasukan Marga Yue ketika datang memberi pertolongan.
 

Perang Ying Chang, 800 pasukan kavaleri Marga Yue berperang secara sengit selama setengah hari dengan pasukan Jin, ketika spirit pasukan Jin mengendor, dikalahkan oleh serbuan dari Pasukan Marga Yue yang dipimpin Wang Gui, setelah itu Yue Yun (putera Yue Fei) juga memimpin 500 pasukan kavaleri dan selagi di atas angin mengejar serta menyerang sampai ke Kota Zhu Xian.

Ia menjebol pasukan Jin yang berjumlah 100.000 orang dan mendesak musuh hingga bertahan di Kai Feng (Wu Shu, si pemimpin pasukan Jin karena terdesak sudah berancang-ancang mengundurkan pasukannya balik ke utara, kampung halaman mereka), hal tersebut telah menjadi mitos di dalam sejarah perang.
 

Tak heran pasukan semacam itu membuat lawan mengeluh "menggetarkan gunung mudah, menggetarkan Pasukan Marga Yue sulit", juga tak heran kalau Pasukan Marga Yue kekuatan tempurnya dilukiskan tidak cukup menggunakan moto "1 orang lawan sepuluh", melainkan "1 orang lawan seratus".
 

Kedua 
Yue Wumu sebagai jenderal besar, ilmu silatnya nomor wahid, selama hidupnya belum tertandingi. 

Di dalam kitab sejarah, Yue Fei disebut "manusia penangkal 10 ribu musuh", jenderal kenamaan Dinasti Song yakni Zong Ze dan Zhang Suo mengagumi keberanian dan keperkasaannya, baru kemudian menemukan pula kepiawaiannya dalam taktik militer.
 

Pada tahun awal ia berkarir, Yue Fei memimpin pasukan berkekuatan 100 orang di Huang He (Sungai Kuning), membabat jenderal besar pasukan musuh dan mengalahkan ribuan tentara Jin, sesudah itu juga berulang kali berjasa dan memperoleh kenaikan pangkat, ia mengabdi pada kubu jenderal tersohor Zong Ze, suatu saat ia memimpin 800 pasukan kavaleri tiba-tiba menyerang pasukan Wang Shan yang disebutkan memiliki 50.000 serdadu.

Yue Fei berhasil menebas kepala beberapa jenderal sehingga menggentarkan pihak lawan dan seluruh formasi pasukannya runtuh, kemudian ia mengalahkan Wang Shan sekali lagi di Qing He.
Sewaktu ia menentramkan pemberontakan petani di daerah Jiang Nan (selatan Sungai Yangtse), acapkali ia tak menggunakan kekuatan militer toh bisa menaklukkan lawan. 


Yue Fei memenuhi titah menaklukkan pasukan pemberontak Ji Qing (baca: ci jing), ia datang sendirian, tanpa bala tentara, dan berunding dengan Ji Qing, salah seorang pemimpin tidak setuju dan menyerangnya dari belakang, tapi malah terpukul roboh oleh Yue Fei. 

Pasukan pemberontak melihat keperkasaannya, semuanya lantas menyerah.
Sewaktu menindas pemberontakan petani di Yu Xing, pasukan pemberontak miris oleh nama besar Yue Fei, berduyun-duyun menyerah. 


Salah seorang pemimpin bernama Zhang Weiwu, yang menganggap dirinya berkemampuan, memimpin kelompok pasukannya tetap melakukan perlawanan, Yue Fei menunggang kuda sendirian dan tanpa bala bantuan, menerobos markas musuh dan memotong kepalanya.
 

Ia pernah pula memimpin 50 lebih pasukan kavaleri, mengalahkan pasukan Qi Fang yang berkekuatan 5.000 orang, tatkala menindas pasukan Cao Cheng di dalam pertempuran ia berhasil mengajak Yang Zaixing, jenderal perkasa yang terkenal itu membelot dan bergabung kepadanya.
 

Tatkala menumpas permberontak Yang Mo, Pasukan Marga Yue belum tiba, Jenderal Huang Zuo dan lain-lain sudah menyerahkan diri, Yue Fei menyambut mereka sendirian untuk menenangkan mereka. 

Sesudah Yue Fei menghantam pasukan air Yang Mo, ia memimpin pasukannya menyerang markas pasukan darat pemberontak, "Yu Qiu terperanjat dan berkata, malaikat dari mana ini? Semuanya menyerah! Karena terkejut atas serbuan kilat dan dadakan dari Yue Fei yang memimpin di depan pasukan masuk terlebih dulu ke dalam markas tersebut".
 

Perang di lintasan air Jin Si, Yue Fei memimpin 800 pasukan kavaleri menerobos masuk markas lawan, membabat roboh si pemimpin Wan Huhou. Ada lagi kisah yang tercatat ia berkuda sendirian di gunung Tai Hang - He Bei "Menusuk musuh Raja Besar Qiu Heifeng dan mengurai 30.000 pasukannya". 

Di dalam Perang Yan Cheng, sebagai panglima, Yue Fei malah berada di depan prajurit-prajuritnya, ia memimpin sendiri 40 tentaranya menyerang dadakan kubu musuh, menghabisi lawan yang tak terhitung jumlahnya dan menggemparkan pihak kubu lawan. Yue Fei adalah seorang jenderal pemberani di antara pakar militer, ia adalah pakar militer di antara jenderal-jenderal pemberani.
 

Ketiga 
Yue Wumu mengelola pasukannya dengan tegas, disiplin "Pasukan Marga Yue" sekeras baja. Pernah ada seorang tentaranya mengambil sembarangan seikat rumput milik rakyat, lantas dihukum pancung. 

Tatkala pasukannya bergerak di malam hari, rakyat dengan ikhlas membuka lebar pintu rumah mereka, tetapi tak ada yang berani masuk, betul-betul menjalankan "lebih baik mati kelaparan daripada merampas pangan rakyat, lebih baik mati kedinginan daripada memaksa masuk rumah rakyat", ini di dalam pasukan feodal kemungkinan adalah suatu hal langka, justru kedisiplinan keras seperti itulah telah tergembleng sebuah pasukan bertekad baja yang tak terkalahkan.
 

Keempat 
Kharisma yang luar biasa. Yue Fei sangat berbakti kepada orang tua, sang ibu sakit, di kala tidak ada tugas kemiliteran ia pasti merawatnya sendiri, sesudah sang ibu wafat, Yue Fei tidak bisa makan dan minum selama 3 hari. Yue Fei sangat sederhana, di dalam karir ia padahal berhasil meraih kedudukan  tinggi sebagai deputi departemen rahasia negara, tetapi  selamanya ia tetap hidup sederhana.
Kaisar Gaozong hendak membangunkan sebuah puri untuknya, Yue Fei menjawab, "Musuh belum musnah, buat apa punya rumah dinas?" 


Setiap kali menerima hadiah atau penghargaan dan bonus, Yue Fei selalu membagikannya kepada para prajurit, selamanya tak pernah ia nikmati sendiri, keluarganya pun bercocok tanam, menenun dan menghidupi diri mereka sendiri, hal ini di kalangan pejabat tinggi feodal juga sangat langka.
 

Yue Fei itu pemberani, ia berkata, "Apabila pejabat sipil tidak korup dan para jenderal tidak takut mati, negara pasti aman tenteram" dan "Menaiki kereta, melindas rata lintasan Gunung He Lan" ucapan-ucapan tersebut adalah potret kegagah-beranian Yue Fei, ia memiliki semangat pionir dan berinisiatif tinggi, di dadanya dipenuhi tekad merebut kembali wilayah yang diduduki musuh dan mengembangkan wilayah tersebut. 

Selama ia memimpin pasukan perang tak pernah mengambil posisi bertahan, ketika bentrok dengan pihak musuh ia selalu mendahului anak buahnya, menyerbu dengan gagah berani sampai tercapai kemenangan.
 

Yue Fei penuh kasih, para prajurit sakit, ia tak jarang menyuruh anggota keluarganya memasakkan ramuan kepada mereka, perwira dan prajuritnya berangkat berperang, ia mengutus anggota keluarganya menghibur keluarga yang ditinggalkan, apabila perwira ataupun prajuritnya gugur dalam pertempuran. 

Yue Fei pergi berkabung, dan membesarkan para anak yatim yang ditinggalkan.
Yue Fei sangat bijaksana, di dadanya dipenuhi hati yang bijaksana, walau dalam hidupnya ia merajai seluruh negara, tapi selamanya tidak sembarangan membunuh orang yang tak bersalah. 


Pada saat memadamkan pemberontakan petani di Qian Cheng, "Dengan dalih wangsit dan keterkejutan, menitahkan secara rahasia agar Yue Fei membantai habis kota penduduk Kota Qian Cheng", Yue Fei memohon seyogyanya hanya menghukum mati pentolannya dan melepas para bawahan tersebut. 

Kaisar Gaozong tidak setuju, Yue Fei mengambil risiko dikenakan tuduhan melawan perintah kaisar, ia tetap memohon sebanyak tiga kali, akhirnya Gaozong terpaksa mengubah niatan semula, rakyat setempat merasa berterimakasih atas belas-kasihnya lantas mendirikan kuil pemujaan untuknya.
Setiap kali mengirim logistik untuk para prajurit, Yue Fei senantiasa berempati kepada rakyat, "Tenaga rakyat wilayah tenggara, harus dihemat secara optimal."
 

Sewaktu tidak ada urusan perang, sambil melatih pasukan, sambil menggarap sawah, untuk mengurangi beban rakyat, sesudah ia menerima perintah berupa 12 buah tameng emas dari kaisar, ia menempuh risiko bahaya diserang oleh tentara Jin, ia mengawal rakyat Tionggoan mengungsi ke daerah yang lebih aman.
Yue Fei sangat disiplin, terutama juga konsekuen terhadap diri dan keluarganya sendiri. 


Yue Fei sebagai jenderal besar yang dimuliakan, semestinya bisa punya hak istimewa mendapatkan kedudukan bagi anaknya, tetapi ia mengalihkan hak tersebut kepada putera Zhang Suo. Anaknya sendiri yakni Yue Yun di dalam sebuah pelatihan terjatuh dari atas kuda, malah menerima hukuman gebuk.
Yue Fei seringkali berjasa dalam pertempuran, tapi sering pula tidak melaporkannya, jasanya sendiri ia alihkan kepada orang lain. 


Sesudah berhasil merebut enam wilayah di Xiang Yang, pasukan pembawa bala bantuan dari Liu Guangshi baru mengetahui telah dilaporkan kepada kaisar, agar menghadiahi dahulu pasukan Liu Guangshi; jenderal kenamaan Wu Jie pernah mengirim 2 perempuan cantik, tapi ditolak oleh Yue Fei dengan jawaban, "Baginda Raja sedang bekerja keras, masak jenderalnya bersukaria?"
Yue Fei sangat lurus, ia selalu bersemboyan, "Berpikir mengkhianati negara, bagaimana mungkin menghindari bencana?" 


Ia selamanya bertindak terang-terangan, berani berpikir, berani berbicara, berani pula melakukan, terutama pada permasalahan "perang" dan "perundingan damai" bahkan bertentangan dengan pihak kaisar, maka itu ia selain telah "berdosa" terhadap para pejabat durna, juga telah menyinggung Zhao Gou (Kaisar Song Gaozong).

Yue Fei sangat teguh, setelah ia difitnah dan dijebloskan ke dalam penjara, telah mengalami siksaan berat, namun senantiasa teguh dan tidak takluk, betul-betul "kristal es pada musim dingin yang mengendap di atas atap, semakin berat, semakin pekat warnanya." Yue Fei yang berada di dalam keadaan sulit, semakin memperlihatkan keteguhannya. 


Yue Fei sangat loyal, pada saat negara dan bangsa dalam keadaan bahaya, dengan keyakinan tertingginya yang "Dengan penuh kesetiaan membalas budi kepada negara" (Jing Zhong Bao Guo Empat aksara Mandarin tersebut ditatokan sendiri oleh sang ibu ketika ia masih remaja), "Mengikhlaskan tubuhnya untuk negara", sampai mati pun tidak berubah.
 

Kelima, Yue Fei seorang cendekiawan tulen, syair dan pantun serta kaligrafinya termasuk berkualitas tinggi.
 

Man Jiang Hong, (Memerahkan Sungai Yangtse) yang bermomentum besar, hasil-hasil karyanya, antara lain Xiao Zhong Shan, dan lain-lain penuh kepiawaian yang diliputi kekhawatiran dan amarah (terhadap marabahaya yang dihadapi negara) terkenal selama ratusan tahun, kaligrafinya seperti Kembalikan Wilayah Negaraku, Daftar Keberangkatan Pasukan dan lain-lain, juga merupakan karangan yang abadi dengan tulisannya yang  indah bagaikan naga terbang dan burung Hong menari.
 

Di dalam kalangan para jenderal, yang mampu mengakumulasikan sekian banyak keunggulan pada diri satu orang, entah apakah masih ada yang menyamainya? 

Bahkan Kaisar Qing (baca: ching) yang agung Qian Long (baca: chien lung, 1711-1799) juga menilai Yue 
Fei dengan sangat tinggi sebagai berikut:
 

"Ksatria Yue Wumu dalam memimpin pasukan, gagah berani tanpa tandingan, bahkan setingkat Han Xin dan   Peng  Yue  (Jenderal besar yang berjasa pada pendirian Dinasti Han, abad ke-3 SM) pun tak dapat menyamai. 

Bila diukur dengan kemampuan militer merangkap kesusasteraannya, kecerdasan merangkap kebajikannya dan loyalitasnya, tak ada duanya, meski jenderal tersohor zaman kuno pun tidak ada yang menyamai. 

Ia hanya tahu mengabdi kepada rajanya tanpa pamrih, ia hanya patuh pada titah rajanya tanpa sayang terhadap jiwanya sendiri, ia tahu dengan mengembalikan para pasukannya pasti akan dibinasakan Qin Hui (perdana menteri Dinasti Song Selatan, pejabat durna penjual negara yang dekat dengan kaisar), sedangkan titah kaisar di tangan, ia tak berani menggenggam terlalu lama kekuasaannya di wilayah perbatasan. 

Hmmh! Dengan kemuliaannya seperti itu, meski telah gugur di tangan Qin Hui, namun generasi penerus dan dunia mendambakan dan mengagumi kehebatannya yang betul-betul bisa bersaing kecemerlangannya dengan bulan dan matahari." 
 

Yue Fei sebuah nama yang harum dan abadi, .....patriot untuk selamanya!  (The Epoch Times/whs)


Sekian, Terima kasih telah membacanya!
Artikel terkait:
22-10-2011 - Wanita Penolong Yue Yue Dituduh Mencari Popularitas

Tidak ada komentar: