Dinasti Ming
Dinasti Ming (Hanzi: 明朝, hanyu pinyin: ming chao) (1368 - 1644) adalah dinasti satu dari dua dinasti yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina.
Dinasti ini adalah dinasti bangsa Han yang terakhir memerintah setelah Dinasti Song. Pada tahun 1368, Zhu Yuanzhang berhasil mengusir bangsa Mongol kembali ke utara dan menghancurkan Dinasti Yuan yang mereka dirikan.
Ia mendirikan dinasti Ming (大明國; Dà Míng Guó), dengan ibukotanya di Yingtian (sekarang Nanjing) sebelum putranya, Zhu Di, yang menjadi kaisar ke-3 memindahkan ibukota ke Shuntian (sekarang Beijing).
Yingtian kemudian berganti nama menjadi Nanjing (ibukota selatan).
Awal Dinasti Ming ditandai dengan masa-masa ketenangan dan kemakmuran di bawah Kaisar Hongwu, Zhu Yuanzhang.
Kaisar Hongwu melakukan reformasi pada sistem pemerintahan dan birokrasi dengan membentuk organ birokrasi baru yang saling mengimbangi untuk mencegah munculnya lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang terlalu besar.
Ia juga melalukan pembangunan ekonomi, menghentikan segala ekspedisi militer untuk memberi rakyat waktu dan ketenangan untuk melakukan tanggung jawab mereka di bidang masing-masing.
Kebijakan ini berhasil ditandai dengan peningkatan jumlah populasi sampai dengan 10.650.000 kepala keluarga atau 65.000.000 jiwa pada tahun 1393.
Di penghujung Dinasti Ming, pemberontakan marak di seluruh negara dan pada puncaknya, Beijing jatuh ke tangan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng. Kekalahan ini menyebabkan Chongzhen menggantungkan dirinya di bukit di belakang Kota Terlarang.
Li yang bersengketa dengan Wu Sangui menangkapi keluarganya di Beijing menyebabkan Wu memutuskan untuk menyerah kepada suku Manchu yang kemudian menaklukkan Li Zicheng dan menguasai Beijing pada tahun 1644.
Setelah Beijing dikuasai oleh suku Manchu, mereka kemudian mendirikan Dinasti Qing yang menandai runtuhnya Dinasti Ming. Sisa-sisa kekuatan yang setia kepada Dinasti Ming kemudian mengungsi ke selatan Cina dan meneruskan perlawanan secara terpisah.
Dalam sejarah, kekuatan ini dikenal sebagai Ming Selatan. Ming Selatan kemudian berhasil dihancurkan oleh Kaisar Kangxi pada tahun 1683.
Dinasti Yuan adalah dinasti yang
didirikan oleh bangsa Mongol yang dianggap sebagai bangsa asing oleh
suku Han.
Diskriminasi kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat kentara dengan
pembagian kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di dua
kasta terendah pada zaman tersebut.
Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup, pajak dan inflasi yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang sewenang-wenang.
Kekaisaran kemudian mengganti mata uang
yang telah beredar sejak zaman Kublai Khan dengan mata uang baru. Mata uang baru ini
kemudian dicetak dalam jumlah besar sehingga menyebabkan hiperinflasi.
Perekonomian ambruk dan bencana kelaparan merebak di mana-mana.
Tahun 1351, Sungai
Kuning meluap menyebabkan banjir besar. Bencana ini memperparah kondisi perekonomian
yang telah sangat kacau. Kekaisaran kemudian memerintahkan seluruh ratusan ribu
petani dan tentara untuk memperbaiki bendungan
Sungau Kuning. Kerja paksa ini menyebabkan ketidakpuasan rakyat mencapai
puncaknya.
Pemberontakan petani
Hiperinflasi dan ketidakpuasan atas
kerja paksa menanggulangi bencana banjir Sungai Kuning menyebabkan pecahnya
pemberontakan petani secara massal. Pemberontakan ini dikenal dengan Pemberontakan
Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351.
Tahun berikutnya, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah Haozhou (sekarang Kabupaten Fengyang, Anhui). Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut berpartisipasi dan berjasa dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian Guo yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu.
Setelahnya, Zhu kemudian meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri
sendiri. Tahun 1356,
dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing, Jiangsu) dan
mengganti nama menjadi Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota
yang baru setelah Dinasti Ming berdiri.
Berdirinya Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan
untuk berbasis di Yingtian untuk memusatkan kekuatan demi mempersatukan daratan
Cina.
Pada awalnya, situasi Zhu di wilayah Yingtian sangat tidak strategi buat
mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat. Kemudian ia menerima nasihat Zhu Sheng untuk memperkuat
pertahanan dan memusatkan perhatian pada perbaikan logistik dan
tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja.
Kebijakan ini menyebabkan Zhu dapat
memperkuat dirinya dalam waktu singkat. Ia kemudian menyerang kekuatan
pemberontak lainnya, Chen Youliang pada tahun 1360. Ia kemudian
berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir
sebelah timur Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan
kekuatan Chen.
Tahun 1367, Zhu berhasil
menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam
tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan Fang Guozhen yang pada saat
itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang.
Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat
diri sebagai kaisar pada tahun 1368, memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke depan. Ia
menetapkan Hongwu sebagai tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga sebagai
Kaisar Hongwu.
Pada tahun itu juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina.
Pada tahun itu juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina.
Kekaisaran Yuan yang
saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming yang saat itu
bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan. Ibukota Yuan, Dadu berhasil dikuasai
dan dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku Mongol kemudian berhasil
diusir kembali ke padang rumput Mongol.
Setelah berhasil menghancurkan Dinasti
Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen di Sichuan pada tahun
1371. Sepuluh tahun
kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari
Dinasti Yuan di Yunnan
mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming.
Masa kejayaan awal (1368-1436)
Pemerintahan Hongwu
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Era Hongwu
Setelah berhasil mendirikan Dinasti
Ming, Kaisar Hongwu melaksanakan kebijakan untuk menenangkan rakyat.
Di antaranya
dengan mengembalikan gerak roda perekonomian, melakukan reformasi birokrasi
Dinasti Yuan, meringankan pajak dan beban petani dan menghukum berat para
pejabat yang korup. Masa ini dikenal sebagai pemerintahan Hongwu dalam sejarah.
Kaisar Hongwu juga merupakan kaisar yang penuh kecurigaan terhadap para menterinya.
Kaisar Hongwu juga merupakan kaisar yang penuh kecurigaan terhadap para menterinya.
Ia takut pejabat kekaisaran
menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan mereka untuk kepentingan diri sendiri
yang pada akhirnya dapat mengancam dan membahayakan kekuasaannya. Dalam pada
itu, ia terkenal sebagai kaisar yang kerap menjatuhkan hukuman kepada para
menterinya.
Pada menteri terkenal yang dibunuh antara lain adalah Liau Yongzhong, Zhu Liangxiang, Li Wenzhong, Hu Weiyong, Lan Yu dan Chen Ning.
Pada menteri terkenal yang dibunuh antara lain adalah Liau Yongzhong, Zhu Liangxiang, Li Wenzhong, Hu Weiyong, Lan Yu dan Chen Ning.
Pada akhirnya, hampir seluruh pejabat
kekaisaran yang berjasa dalam pendirian Dinasti Ming kecuali Tang He dihukum
mati oleh Kaisar Hongwu. Setelah ini, Kaisar Hongwu juga membentuk badan
intelijen yang selanjutnya makin mengukuhkan kekuasaan absolut di tangannya.
Insiden Jingnan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Insiden Jingnan
Insiden Jingnan adalah peristiwa
kudeta berdarah karena perebutan tahta kekaisaran antara Kaisar
Jianwen dan Raja Yan, Zhu Di yang selanjutnya menjadi Kaisar Yongle. Kaisar
Jianwen, Zhu Yunwen adalah cucu tertua dari Zhu Yuanzhang. Zhu Yunwen sendiri
adalah anak dari Zhu
Biao, anak sulung Zhu yang mati muda sebelum sempat naik tahta.
Tahun 1398, Kaisar Hongwu wafat dan
digantikan oleh Kaisar Jianwen. Kaisar Jianwen atas nasihat menterinya, Qi Tai melakukan pembersihan
lawan-lawan politiknya yang masing-masing memiliki kekuatan sendiri di seluruh
negeri. Lawan politik yang dimaksud adalah para raja yang sebenarnya masih
merupakan pamannya sendiri, anak dari mendiang Kaisar Hongwu.
Lima raja berhasil diturunkan dari
tahta dan menjalani hukuman sebagai rakyat biasa. Raja Yan, Zhu Di adalah anak
keempat dari Kaisar Hongwu, mempunyai kekuatan paling besar kemudian melakukan
kudeta saat mendengar bahwa kekuatannya akan menjadi target pembersihan
selanjutnya oleh Kaisar Jianwen.
Zhu Di akhirnya melakukan penyerangan ke ibukota Nanjing pada tahun 1399 atas saran dari penasihatnya Yao Guangxiao.
Zhu Di akhirnya melakukan penyerangan ke ibukota Nanjing pada tahun 1399 atas saran dari penasihatnya Yao Guangxiao.
Perang
saudara pecah antara Kaisar Jianwen dan Zhu Di, namun akhirnya berhasil
dimenangkan oleh Zhu Di pada tahun 1402. Kaisar Jianwen hilang dan tidak diketahui nasibnya setelah
insiden berdarah ini.
Zhu Di lalu naik tahta dengan gelar Chengzu, menetapkan era pemerintahan sebagai Yongle sehingga dikenal juga sebagai Kaisar Yongle.
Zhu Di lalu naik tahta dengan gelar Chengzu, menetapkan era pemerintahan sebagai Yongle sehingga dikenal juga sebagai Kaisar Yongle.
Era kejayaan Yongle
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Era kejayaan Yongle
Di masa pemerintahan Kaisar Yongle,
Ming mengalami masa kejayaan awal. Ekspedisi militer dilakukan oleh Kaisar
Yongle untuk mempertahankan kejayaan ini. Annam (sekarang Vietnam) berhasil
ditaklukkan dan kemudian menjadi protektorat Ming.
Kaisar Yongle juga memimpin
ekspedisi ke utara untuk memukul mundur bangsa Mongol ke Asia Tengah demi
mencegah ancaman dari mereka.
Tahun 1405, Kaisar Yongle juga memerintahkan Zheng He untuk memimpin ekspedisi maritim ke lautan selatan. Tujuh kali ekspedisi melayari lautan sampai ke Madagaskar.
Tahun 1405, Kaisar Yongle juga memerintahkan Zheng He untuk memimpin ekspedisi maritim ke lautan selatan. Tujuh kali ekspedisi melayari lautan sampai ke Madagaskar.
Pada tahun 1406, istana kekaisaran
dibangun di Beiping (sekarang Beijing) dan
menggunakan Beiping sebagai basis untuk melakukan ekspedisi ke Mongolia. Sampai
pada tahun 1422,
pembangunan dan perkembangan Beiping sangat pesat dan Kaisar Yongle kemudian
menitahkan untuk memindahkan ibukota dari Nanjing ke Beiping. Beiping kemudian
berganti nama menjadi Beijing.
Masa pemerintahan Yongle ditandai
dengan kedamaian dan kemajuan yang pesat di seluruh negeri. Dalam catatan
sejarah, masa ini dikenal sebagai era
kejayaan Yongle (永樂勝世). Namun, di balik masa kejayaan ini, Kaisar
Yongle bukanlah seorang kaisar yang pengasih.
Hukuman yang dijatuhkan kepada
lawan politik dan oposisi tidak berkurang, ditandai dengan peristiwa penjatuhan
hukuman mati
sepuluh kerabat kepada Fang Xiaoru. Ini merupakan
peristiwa satu-satunya di dalam sejarah Cina yang biasanya hanya membunuh
sampai sembilan kerabat.
Kaisar Yongle wafat pada tahun 1424 dan digantikan oleh anaknya, Zhu Gaochi.
Kaisar Yongle wafat pada tahun 1424 dan digantikan oleh anaknya, Zhu Gaochi.
Pemerintahan Renxuan
Setelah Kaisar Yongle wafat pada tahun
1424, anak sulungnya Zhu Gaochi naik tahta menggantikannya sebagai kaisar.
Era pemerintahan diganti menjadi Hongxi. Malangnya, ia meninggal tahun
berikutnya dalam usia 48 tahun.
Walau era pemerintahannya sangat
pendek, namun Kaisar Hongxi melakukan banyak keputusan yang penting
di antaranya menghentikan ekspedisi maritim Zheng He dan ekspedisi militer. Ia
juga mempromosikan produksi rakyat demi perkembangan ekonomi, mengampuni banyak
tawanan politik, meringankan hukuman penjara dan melakukan penghematan di
banyak bidang.
Setelah Kaisar Hongxi mangkat, anaknya
Zhu Zhanji
meneruskan tahta kekaisaran dan kebijakan yang ditinggalkan sang ayah. Ia
bertahta sebagai Kaisar Xuande dan terkenal akan kemahirannya dalam seni lukis.
Beberapa lukisannya menjadi lukisan ternama dalam sejarah Cina.
Pada tahun 1431, Kaisar Xuande
merasakan bahwa pengiriman upeti dari negara-negara protektorat Ming menyusut.
Oleh karenanya, ia memerintahkan Zheng He untuk mempersiapkan ekspedisi maritim
ketujuh. Ekspedisi ini menjadi ekspedisi terakhir bagi Zheng He karena ia
kemudian meninggal di Guli, sebuah kota di pesisir India.
Masa pemerintahan Kaisar Xuande
diwarnai dengan campur tangan kasim dalam keputusan kekaisaran yang dilarang sejak masa
pemerintahan Kaisar Hongwu. Kaisar Xuande juga dijuluki sebagai kaisar
jangkrik karena ia sangat gemar memelihara dan berlaga jangkrik. Hal
ini menyebabkan para menteri dan kasim di istana berlomba-lomba untuk
memberikan hadiah jangkrik kepada sang kaisar.
Walaupun ada berbagai kekurangan di
atas, namun pada masa ini rakyat Ming mengalami kehidupan yang relatif aman dan
tenteram. Era ini dikenal sebagai pemerintahan
Renxuan (仁宣之治) diambil dari gelar kedua kaisar yang
memerintah, Renzong dan Xuanzong.
Era pertengahan (1436-1573)
Invasi Mongol
Pada tahun 1435, Zhu Qizhen
naik tahta dengan gelar Yingzong dan era tahun Zhengtong. Kaisar Zhengtong
adalah satu-satunya kaisar dinasti Ming yang memerintah dengan dua era
pemerintahan, Zhengtong dan Tianshun setelah restorasi tahta kekaisaran.
Masa pemerintahan Kaisar Zhengtong
diwarnai dengan penyalahgunaan wewenang oleh kasim ternama, Wang Zhen. Wang adalah seorang
guru kekaisaran yang kemudian dikebiri untuk menjadi kasim di dalam istana.
Wang secara terang-terangan melanggar peraturan Kaisar Hongwu bahwa kasim tidak
diperbolehkan untuk mencampuri urusan kenegaraan.
Selama kurun waktu tujuh
tahun dengan latar belakang sebagai kasim kesayangan kaisar, tindak-tanduknya
yang korup semakin merajalela.
Seiring dengan ini, kekuatan suku Oirat di Asia Tengah makin meningkat. Pada tahun 1449, Esen Khan dari Oirat menginvasi Beijing.
Seiring dengan ini, kekuatan suku Oirat di Asia Tengah makin meningkat. Pada tahun 1449, Esen Khan dari Oirat menginvasi Beijing.
Wang Zhen lalu memaksa Kaisar Zhengtong untuk memimpin langsung
500.000 tentara keluar dari Beijing untuk menahan serangan Mongol. Karena
pasukan ini tidak terlatih dan juga bermoral rendah menyebabkan garis depan
dapat dikalahkan oleh pasukan Mongol.
Mendengar kekalahan ini, Wang Zhen
lalu takut untuk meneruskan pertempuran melawan Mongol dan memerintahkan
seluruh pasukan untuk mundur. Kuatir kampung halamannya akan luluh lantak
setelah dilewati pasukan Ming, ia mengambil rute jalan yang lebih jauh sehingga
menyebabkan pasukan Oirat berhasil mengejar pasukan Ming sesampai Kastil Tumu.
Dalam pertempuran di kastil Tumu ini,
Kaisar Zhengtong berhasil ditawan oleh Esen Khan, sedangkan Wang tewas dalam
pertempuran.
Dalam beberapa catatan sejarah tidak resmi, dikatakan bahwa Wang
tewas karena dibunuh oleh jenderal Fan Zhong, pengawal kekaisaran
yang tidak puas akan tindak tanduk Wang. Namun kebenaran peristiwa ini tidak
diakui oleh sejarah resmi kekaisaran. Peristiwa ini dikenal sebagai Insiden Tumu dalam catatan
sejarah.
Setelah kabar bahwa insiden ini sampai
ke Beijing, menteri-menteri kuatir akan keselamatan mereka bila Beijing jatuh
ke tangan Oirat mengusulkan untuk memindahkan ibukota ke Nanjing dan
menyerahkan Beijing.
Namun usulan ini ditolak oleh salah seorang menteri, Yu Qian yang
kemudian menyarankan supaya adik dari Kaisar Zhengtong, Zhu Qiyu untuk
meneruskan tahta kekaisaran demi kelanjutan dinasti. Zhu kemudian naik tahta
dengan gelar Daizong dan era pemerintahan Jingtai.
Esen Khan sampai ke Beijing namun
tidak berhasil menguasai Beijing karena pertahanan kota yang relatif kuat
karena strategi pertahanan Yu Qian. Yu Qian kemudian memimpin pasukan Ming
keluar Beijing dan memukul mundur pasukan Oirat. Esen Khan kemudian mundur
bersama pasukannya dengan membawa Kaisar Zhengtong sebagai tawanan.
Yu Qian tidak menghiraukan tawaran
damai dari Esen Khan sebagai tebusan atas Kaisar Zhengtong, namun menyusun
strategi pertahanan yang lebih kuat dan selanjutnya mengusir pasukan Oirat
lebih jauh ke utara. Esen Khan memperlakukan Kaisar Zhengtong dengan baik dan
kemudian melepaskannya setelah merasa bahwa tidak ada gunanya lagi menawan sang
kaisar pada tahun 1450.
Restorasi Kaisar Zhengtong
Kaisar Zhengtong yang dilepaskan oleh
Esen Khan kemudian pulang ke Beijing. Malangnya, kepulangannya ini tidak
disambut gembira oleh Kaisar Jingtai, sang adik yang bertahta menggantikannya
selama menjadi tawanan.
Walaupun atas saran para menteri,
Kaisar Jingtai memberikan gelar Maha Kaisar, namun ia tidak
keluar menyambut Kaisar Zhengtong di gerbang kota, malah menjatuhkannya sebagai
tahanan rumah di Istana Selatan. Lebih jauh, Zhu
Jianshen yang sebelumnya adalah putra mahkota dicabut gelarnya dan
digantikan oleh anak Kaisar Jingtai, Zhu Jianji yang tak lama
kemudian meninggal karena sakit.
Sepeninggal Zhu Jianji, Kaisar Jingtai
yang tidak mempunyai putra lainnya tidak juga mengembalikan kedudukan Zhu
Jianshen sebagai putra mahkota. Pada tahun 1457, Kaisar Jingtai
sakit parah dan beberapa menteri merencanakan kudeta untuk
merestorasi Yingzong sebagai kaisar. Kudeta ini menyebabkan beberapa menteri
yang setia kepada Jingtai dijatuh hukuman mati, di antaranya Yu Qian.
Kaisar Jingtai kemudian diturunkan
kedudukannya menjadi raja dan meninggal sebulan kemudian. Sebaliknya, Yingzong
bertahta kembali sebagai kaisar dengan era tahun Tianshun.
Sekian, Terima kasih telah membacanya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar